Tuesday, October 4, 2011

Budaya Massa dan Populer

Media massa bisa membentuk budaya populer
  Apa yang ada di pikiran kita semua mengenai produk Apple,  kacamata berbingkai besar, celana skinny atau baju bermerek seperti Zara? Mungkin sebagian besar orang akan merasa gaya dan trendy jika menggunakan ataupun membawa barang-barang di atas ketika bepergian ke luar rumah.


  Coba kita bandingkan antara baju biasa yang bisa dibeli di kaki lima dengan baju bermerek seperti Zara. Padahal modelnya hampir sama, namun mereknya berbeda, sehingga kita merasa "berbeda" pula  jika memakai produk Zara. Hal inilah yang dinamakan budaya populer, yaitu ketika budaya massa dibumbui oleh aspek-aspek yang mendukung lewat komunikasi massa. Aspek-aspek yang menjadi bumbu itu bisa berupa pengemasan melalui iklan, artis atau public figure yang menggunakan produk itu dan sebagainya. Seringkali kita seperti dihipnotis media karena tidak menyadari hal-hal semacam ini.


  Komunikasi massa merupakan proses penyampaian pesan yang dilakukan melalui media massa. Media massa terdiri dari cetak dan elektronik yang mana memiliki kekuatan untuk mempengaruhi dan mempersuasi khalayaknya dengan cara-cara yang kreatif. Daya jangkau yang luas juga menjadi keunggulan dari media massa. Maka tidak heran jika beberapa komunikan media massa menjadi terpengaruh dan setuju akan pesan yang disampaikan oleh komunikator massa melalui media.


Pada dasarnya ada tiga tahap perkembangan media massa, yakni sebagai berikut:

1. Tahap Elit yaitu  tahap dimana media massa belum berkembang dan tidak ada budaya massa yang terbentuk.

2. Tahap Populer yaitu tahap dimanabudaya massa telah terbentuk.

3. Tahap Spesialisasi yaitu  tahap dimana media mulai menyadari keinginan audiens dan melakukan spesialisasi terhadap produknya/isi tayangannya.



  Budaya massa dan budaya populer sangat mempengaruhi masyarakat khususnya Indonesia. Kini remaja merasa gaul jika menggunakan Blackberry atau para pengusaha akan merasa elegan jika menggunakan I Pad. Belum lagi pengaruh band-band korea (Hallyu wave) yang merasuk ke Indonesia hingga mempengaruhi industri musik hingga cara berpakaian masyarakat Indonesia. Untuk itu kita harus memiliki Media Literacy agar bisa memfilter budaya-budaya yang sedang dibentuk oleh media dengan tujuan ekonomi dibelakangnya.


Sumber:



Kelas Kapita Selekta oleh Aminah Swarnawati, Dosen Ilmu Komunikasi
Rabu, 28 September 2011

Sumber gambar : vi.sualize.us



No comments:

Post a Comment